Catatan Julian Aditya
Team Leader Belitung Imaji
Tour
Asisten koodinator local
talent (Belitung), Laskar Pelangi Film
 |
Anak-anak Laskar Pelangi yang saya foto disela-sela shooting |
Sebelum
saya menceritakan pengalaman ini, pertama-tama saya harus mengucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan dari Miles Film dan Mizan Cinema
karena telah menerima saya bergabung dan bekerja sama di Laskar Pelangi
film sebagai salah satu dari assistent Talent Coordinator. Ini adalah
pengalaman yang sangat membanggakan, mengingat film ini adalah salah
satu film fenomenal dan boleh dikatakan sebagai salah satu dari yang
terlaris di Indonesia.
Sahabat Al-Imaji ( Belitung Imaji Tour
), Laskar Pelangi film yang diproduseri Mira Lesmana, disutradari Riri
Riza, dan diangkat dari novel karya Andrea Hirata memang banyak membuat
kehebohan disana-sini. Salah satu kekuatan film tersebut adalah para
pemainnya, yang menggabungkan kekuatan akting para aktor/aktris kawakan
bersama pemeran anak-anak Laskar Pelangi yang notabene tidak pernah
memasuki dunia perfilman sama sekali. Anak-anak itu memang masih hijau,
tapi sudahberhasil menyihir jutaan penikmat film Indonesia. Mungkin ada
yang bertanya, apakah mencari talent lokal dikala itu, mudah? Jawabannya
tidak! Berikut ini, saya memaparkan sedikit pengalaman yang saya dapat
sejak awal Maret 2008 yang lalu.
 |
Di sungai Samak (Belitung) dengan salah satu peserta casting |
MEMBUKA CASTING SAMA DENGAN MENGAJARKAN CARANYA SEKALIGUS.
Ini
adalah tantangan pertama yang saya dapat. Lokasi Shooting Laskar
Pelangi Film bertempat di lokasi aslinya, Pulau Belitung sekaligus
kampung saya sendiri. Bagi yang tinggal di Jakarta, Bandung, dan
sekitarnya tentu sudah banyak yang tahu bagaimana proses sebuah casting
dilaksanakan. Apalagi yang sudah masuk talent agency atau yang punya
mimpi untuk menjadi artis yang wajahnya selalu terpampang di televisi,
bioskop, atau banner sebuah produk. Casting di Belitung, adalah sebuah
hal yang sangat langka sekaligus merepotkan. Bayangkan apabila ada 100
orang yang datang, 100 orang itu harus kita ajarkan bagaimana cara
melihat dan membaca skrip, gambaran peran dari apa yang ia baca disitu,
termasuk bagaimana dan apa yang harus ia lakukan apabila berhadapan
dengan para penilai nanti. Kalau yang datang anak-anak, kadang-kadang
kita harus menjelaskan cara casting ini di depan orang tuanya... cabe
deh...
Ada pengalaman lucu yang pernah didapat dari proses
ini. Suatu ketika yang datang casting itu bapak-bapak dengan usia 40-an.
Ia sangat bernafsu sekali untuk tampil di film setidak-tidaknya jadi
pemeran pembantu yang wajahnya kelihatan (untung ada skrip yang dibuat
khusus untuk peran dengan karakter tersebut walaupun akhirnya dihapus
dari sutradara). Setelah panjang lebar saya menjelaskan, akhirnya ia
bertanya... bagaimana cara latihan membaca skrip. Saya jawab :
"Bayangkan di depan ada lawan bicara anda yang ikut main film nanti".
Kemudian saya meninggalkannya di ruang tunggu dengan harapan
"mudah-mudahan ia mengerti". Akhirnya, setelah beberapa saat berlalu.
Saya kembali keruang tunggu, dan ternyata mendapati ruangan yang sudah
kosong dimana tadinya dipenuhi oleh para peserta casting! Saya panik
karena mereka menghilang, saya takut terjadi sesuatu akibat omongan saya
tadi. Akhirnya setelah saya cari dengan tergopoh-gopoh, untunglah
ternyata mereka tidak pulang kembali ke rumah masing-masing. Mereka
semuanya ada dibelakang ruang tunggu dan sedang sibuk berbicara sendiri
sesuai instruksi yang saya katakan ke bapak tadi! (Padahal anjuran saya
bukan untuk mereka semua loh.. ) Sang bapak itulah yang mengajak mereka
semua, dan ia pun saya lihat sangat berusaha menjiwai perannya
semaksimal mungkin dengan berbicara sendiri sambil menunjuk-nunjuk
tembok tebal ruang tunggu casting! Yaelah pak, kok pada ngajak gila
orang sekampung seeeeh...???
 |
Diatas truck bersama para pemain figuran dari Gantong |
BENAR-BENAR HUNTING, GARA-GARA BANYAK YANG TIDAK PERCAYA.
Memang
pada saat itu proses casting Laskar Pelangi Film tidak dipublikasikan
oleh media lokal baik cetak maupun elektronik. Ini dikarenakan sang
asisten sutradara tidak menginginkannya karena takut pusing dengan
tawaran-titipan. Singkatnya, proses casting dilakukan dengan cara
mengajak orang yang ditemui. Inilah tantangannya,masyarakat Belitung
dikala itu benar-benar "blank" dan skeptis. Tidak jarang saya harus
memberi penjelasan "bahwa ini benar" kepada orang yang cerewet dan
menuduh saya sebagai "tukang isu". Adapun saat proses hunting
disekolahan untuk mencari para calon pemeran Laskar Pelangi film, saya
selalu masuk ruang kepala sekolah dengan waktu yang cukup lama untuk
menjabarkan benar-tidaknya persoalan ini. Bahkan ada guru yang bertanya
asal usul saya, siapa orang tua, dimana rumahnya, sebelumnya bekerja
sebagai apa, pulang merantau darimana, wah... cabe lagi deh!
Kejadian yang paling edan dari hunting ini ada di SDN 44 Perawas (Kab.
Belitung) yang menyumbang pemeran A-Kiong ( Suhendri, red ). Saat itu
saya tiba disana sudah pukul setengah 12 siang. Saya datang terlambat,
karena waktu jam sekolah sudah hampir habis dan terlalu banyak sekolah
yang harus didatangi kalau dilanjutkan besok. Akhirnya saya memutuskan,
untuk hunting sambil melihat mereka pulang dari sekolah itu.
"Treeeeet!!!! Treeeet! Treeeeet!"
Suara bel pun muncul, anak-anak SD 44 keluar. Saya menunggu untuk
melihat penampakan mereka sambil duduk diatas motor dengan jaket kulit,
celana jeans, dan rokok kretek murahan dimulut. Masing-masing dari
mereka saya lihat dengan sangat detil, setelah 10 menit barulah anak
dengan spesifikasi yang saya inginkan muncul! Anak itu adalah Suhendri (
A-Kiong ) yang pulang berjalan kaki kerumah, tidak ingin dia berlalu...
saya pun langsung turun dari motor dan berjalan kearahnya. Disinilah
yang muncul petaka! Melihat saya orang asing dan tampak antusias sekali,
Suhendri malah kaget. Sialnya, dia mengira saya penculik! Ia pun lari,
mau tak mau saya mengejar! ( Saking antusiasnya saya waktu itu saya lupa
kalau besok kan bisa kembali lagi? ya toh?? ). Akhirnya tak berapa lama
pun, terpaksa Suhendri saya tangkap seperti seperti seorang kekasih
yang lari dari pacarnya. Anak-anak SDN 44 yang lain langsung segera
mengerubungi saya bersama orang tua mereka, kemudian ada pak Guru yang
menghampiri dengan wajah sangar dan nada tinggi! Waduh, saya terlihat
seperti seorang buronan kala itu! perlu waktu lama untuk meyakinkan
mereka dan Suhendri agar mempercayai apa yang saya katakan. Ah,buah
perbuatan yang terlalu terburu-buru... ingin memberi kejutan, eh malah
saya yang dikejutkan! Jiaaah!
 |
Para pemain figuran wanita, untuk adegan pawai di Gantong |
SUDAH MENCARI PEMERAN UTAMA SUSAH, FIGURAN MALAH LEBIH SUSAH LAGI!
Setelah
proses yang saya lakukan selama dua bulan sudah mendapatkan progress
yang lumayan, semua anak-anak pemeran laskar pelangi sudah mempunyai
calon yang pas dari dua tantangan besar tadi. Tantangan selanjutnya yang
cukup melelahkan adalah bagaimana caranya mengajak masyarakat dengan
jumlah yang besar untuk menjadi pemeran figuran. Sekitar satu bulan
Shoot di daerah Gantong ( Belitung Timur ), jumlah figuran yang harus
saya dapatkan adalah minimal 250 orang! Jumlah ini memang kecil kalau
shooting didaerah lain yang sudah kenal bagaimana proses sebuah film
apalagi ada agency. Kalau di Belitung, ini merupakan sebuah ujian.
Berikut rinciannya :
* Apabila saya mencari pemeran figuran dengan
karakter para pekerja dan penambang timah, bapak-bapak disana saat itu
bertanya : "Aku dapat berape untuk syuting dari subo sampai sure ari?
(Saya dapat uang berapa untuk shooting dari subuh ke sore hari?)". Saya
jawab apa adanya : "50.000 Rupiah pak!". Lantas mereka tertawa dan
memberi tanggapan seperti ini : "Hahaha, aku kalok nambang tima setenga
ari la dapat duit sepulo kali lipat dari nok diberik kao! (Hahaha, saya
kalau nambang timah beneran, setengah hari bisa dapet uang sepuluh kali
lipat dibandingkan yang dikasih dari kamu!)".
* Jika saya
membutuhkan rombongan ibu-ibu untuk mengisi film ini, dengan tampang
yang serius ibu-ibu itu sering bertanya : "Bang, muke kamek ne kan
keliatan benar ke di tipi kini!?! (Bang, wajah kita ini apa benar nanti
bisa dilihat di tv??)". Saya jelaskan kalau ini bukan shooting sinetron
melainkan layar lebar, dan posisi mereka bukanlah sebagai pemeran utama
yang harus muncul wajahnya sesering mungkin. Lalu inilah jawaban mereka
:"Yaaa, ndak seru la mun kamek dak masok tipi! dak nak la eh... ( Yaaa,
nggak seru dong kalo kita ini nggak masuk tv, nggak mau ah!)". Dibilang
nanti akan masuk bioskop, di Belitung nggak bisa nonton bioskop. Disuruh
agar nonton VCD/DVD-nya nanti, bakalan nggak ada yang original... wah,
kejebak pembajak dong gue!?!
 |
Crew Laskar Pelangi Film di sunset Tanjung Tinggi |
Itu
hanyalah sekelumit tanggapan dari mereka, intinya... apabila kita
mengajak dengan posisi sebagai kru film, dijamin 80% tidak ada yang mau!
Jangankan saya, yang mengepalai divisi saya aja bingung. Akhirnya saya
memutuskan untuk membujuk mereka lewat cara pemanfaatan kedekatan
emosional ala agen spionase. Konsekuensinya, jauh-jauh hari sebelum
shooting dimulai saya harus pindah domisili dari Tanjungpandan (Kab.
Belitung) ke Gantong! Setelah itu barulah saya nongkrong sebagai anak
muda yang gaul, saya ikut pengajian di mesjid bersama rombongan
bapak-bapak ibu-ibu majelis, saya sering menyambangi lokasi pertanian
dan transmigrasi sebagai orang yang ingin belajar bercocok tanam, saya
duduk menghabiskan waktu di warung kopi dan akrab dengan bapak-bapak
penambang, tidur di kantor camat karena ingin dekat dengan pegawainya,
akrab dengan mantan ketua preman pasar, mantan pendekar, pokoknya tiada
hari tanpa sosialisasi dan saya tampak bagaikan seorang pengangguran
kelas berat yang sedang cari kerja disana-sini!
 |
Anak-anak Laskar Pelangi dan Cut Mini (Bu Mus) di Tanjung Tinggi |
Hehehe, yah... itu adalah sedikit pengalaman yang saya dapatkan dan
sebenarnya masih banyak lagi... Untung aja percaya dengan istilah
"Dimana ada kemauan, disitu ada jalan!". Walaupun rada susah, meskipun
agak merepotkan... proses casting selesai dengan lancar begitu juga
dengan shootingnya! Thanks 4 all crew yang membantu, thanks for talent,
dan terima kasih juga kepada sahabat dan para tamu dari Imaji Tour yang
telah membaca tulisan ini.
INFORMASI LAINNYA, KLIK LINK DIBAWAH INI :
|
|
|
|
|